Sebuah prossa bahasa usia yang kau eja melalui bayangnya
Begitulah manusia tebentuk dengan siapa dia mengayuh biduk
Seumpama senyumku tak tergores sisa luka yang lalu
Adakah rasa mu mengerti?
Bahwa rinduku telah tersedimentasi
Melukiskan nada warna surgawi
Dimana kan kutebar melati putih ? ditanah yang tak terlewati?
Untuk sadari bahwa mata adalah isyarat bahasa udara tanpa
sekat
Renungi batasmu dan batasku karna aku bukan caramu
Mudah saja ku buat table perhitungan
Tapi bukan aku yang memperhitungkan
Cukuplah cambukmu karena aku telah melangkah maju
Tahan cemetimu dan berhentilah melaju
Renungkan jangan kau perhitungkan
Pikirkan kapan kau diperhitungkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar